KERJASAMA BIMTEK
Dalam Rangka Meningkatkan Kapasitas Anggota DPRD Provinsi, Kota dan Kabupaten. Sesuai dengan dasar Peraturan Pemerintah Dalam Negri Nomor 133 tahun 2017 pasal 6 ayat 5 tentang pendalaman tugas bagi anggora DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota berbunyi “Perguruan Tinggi menyelenggarakan pendalaman tugas bagi Anggota DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota” maka PT. Sakura Anugrah Pratama hadir untuk memfasilitasi pelatihan tersebut. Kini PT. Sakura Anugrah Pratama telah bekerjasama dengan Univesitas Matla’ul Anwar. Hal ini dilakukan agar dapat memfasilitasi kebutuhan para anggota DPRD untuk melakukan pendalaman tugas serta meningkatkan kapasitas anggota DPRD.
BIOFLOC-165
Biofloc berasal dari dua kata yaitu Bio “kehidupan” dan Floc “gumpalan”. Biofloc merupakan flok atau gumpalan-gumpalan kecil yang tersusun dari sekumpulan mikroorganisme hidup yang melayang-layang di air. Teknologi biofloc adalah teknologi yang memanfaatkan aktivitas mikroorganisme yang membentuk floc.
Dalam perkembangannya konsep teknologi biofloc tersebut diadopsi untuk kegiatan akuakultur. Awalnya konsep ini diterapkan dalam budidaya nila secara intensif di Thailand, kemudian berlanjut pada usaha budi daya udang.Jika dibandingkan dengan teknologi konvensional, budidaya sistem biofloc mampu menaikkan produktivitas hingga lebih dari 3 kali lipat. Dirjen Perikanan Budidaya (DJPB) Kementrian Kelautan dan Perikanan, Slamet Soebjakto menguraikan “perbandingan untuk budidaya dengan sistem konvensional dengan padat tebar 100 ekor/m3 memerlukan 120-130 hari untuk panen, sedangkan untuk sistem biofloc dengan padat tebar 500-1000 ekor/m2 hanya membutuhkan 100-110 hari kerja saja.
Dengan rata-rata padat tebar 1.000 ekor/m2, maka dalam satu kolam bulat ukuran diameter 3m, dapat ditebar benih lele sebanyak 3.000 ekor.
Ketika panen mampu menghasilkan lele konsumsi lebih dari 300 kg per siklus (100-110 hari). Seiring berjalannya waktu teknologi ini juga sudah diadopsi untuk budidaya lele dengan wadah kolam terpal. Biofloc terdiri atas partikel serat organik yang kaya akan selulosa, partikel anorganik berupa kristal garam kalsium karbonat hidrat, biopolymer (PHA), bakteri, protozoa, detritus (dead body cell), ragi, jamur dan zooplankton. Bakteri yang mampu membentuk bioflok di antaranya: Bacillus cereus, Bacillus subtilis, Eshcericia intermedia, Flavobacterium, Paracolobacterium aerogenoids, Pseudomonas alcaligenes, Sphaerotillus natans, Tetrad, Tricoda, dan Zooglea ramigera.
Dalam Rangka Meningkatkan Kapasitas Anggota DPRD Provinsi, Kota dan Kabupaten. Sesuai dengan dasar Peraturan Pemerintah Dalam Negri Nomor 133 tahun 2017 pasal 6 ayat 5 tentang pendalaman tugas bagi anggora DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota berbunyi “Perguruan Tinggi menyelenggarakan pendalaman tugas bagi Anggota DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota” maka PT. Sakura Anugrah Pratama hadir untuk memfasilitasi pelatihan tersebut. Kini PT. Sakura Anugrah Pratama telah bekerjasama dengan Univesitas Matla’ul Anwar. Hal ini dilakukan agar dapat memfasilitasi kebutuhan para anggota DPRD untuk melakukan pendalaman tugas serta meningkatkan kapasitas anggota DPRD.
BIOFLOC-165
Biofloc berasal dari dua kata yaitu Bio “kehidupan” dan Floc “gumpalan”. Biofloc merupakan flok atau gumpalan-gumpalan kecil yang tersusun dari sekumpulan mikroorganisme hidup yang melayang-layang di air. Teknologi biofloc adalah teknologi yang memanfaatkan aktivitas mikroorganisme yang membentuk floc.
Dalam perkembangannya konsep teknologi biofloc tersebut diadopsi untuk kegiatan akuakultur. Awalnya konsep ini diterapkan dalam budidaya nila secara intensif di Thailand, kemudian berlanjut pada usaha budi daya udang.Jika dibandingkan dengan teknologi konvensional, budidaya sistem biofloc mampu menaikkan produktivitas hingga lebih dari 3 kali lipat. Dirjen Perikanan Budidaya (DJPB) Kementrian Kelautan dan Perikanan, Slamet Soebjakto menguraikan “perbandingan untuk budidaya dengan sistem konvensional dengan padat tebar 100 ekor/m3 memerlukan 120-130 hari untuk panen, sedangkan untuk sistem biofloc dengan padat tebar 500-1000 ekor/m2 hanya membutuhkan 100-110 hari kerja saja.
Dengan rata-rata padat tebar 1.000 ekor/m2, maka dalam satu kolam bulat ukuran diameter 3m, dapat ditebar benih lele sebanyak 3.000 ekor.
Ketika panen mampu menghasilkan lele konsumsi lebih dari 300 kg per siklus (100-110 hari). Seiring berjalannya waktu teknologi ini juga sudah diadopsi untuk budidaya lele dengan wadah kolam terpal. Biofloc terdiri atas partikel serat organik yang kaya akan selulosa, partikel anorganik berupa kristal garam kalsium karbonat hidrat, biopolymer (PHA), bakteri, protozoa, detritus (dead body cell), ragi, jamur dan zooplankton. Bakteri yang mampu membentuk bioflok di antaranya: Bacillus cereus, Bacillus subtilis, Eshcericia intermedia, Flavobacterium, Paracolobacterium aerogenoids, Pseudomonas alcaligenes, Sphaerotillus natans, Tetrad, Tricoda, dan Zooglea ramigera.